Apalah-apalah: gara gara baca novel -_-

(Sebelumnya, aku meminjam kata 'jiwa' dari Stephanie Meyer)

Tuhan mengirimku ke sini, ke dunia ini. Tentu saja, karena Dia merencanakan jiwaku untuk menempati sebuah tubuh yang sempurna, aku pantas dipanggil manusia ketika proses penyatuan itu berhasil. Aku merasakan, bagimana jantungku terbentuk, bagaimana hati dan organ-organ lain mengisi tubuhku. Aku mengenal dengan baik semua proses itu. Sembilan bulan lebih lamanya aku harus bersembunyi  di sebuah tempat gelap yang bagiku tetap nyaman. Aku menunggu hingg proses pembentukan itu sempurna. Sebuah pengalaman yang tak terlupakan.
Oh aku lupa mengatakan, sebelum perjalananku turun ke Bumi, malaikat mengatakan bahwa satu keistimewaan yang berhak aku dapatkan adalah kemampuan mengingat, nanti biar ku jelaskan bagaimana rumitnya kata 'mengingat' di sini. Dalam hal ini bukan otakku yang bekerja. Ingatanku terbagi menjadi dua, ingatan yang dimiliki otakku dan ingatan yang melekat pada jiwaku. Beberapa jiwa diciptakan memiliki keistimewaannya masing-masing. Dan ini adalah keistimewaanku. Saat jiwaku berhasil menyatu dengan tubuh, maka keistimewaan itu akan melekat dan mengikatkan diri pada setiap organ dan persendian.
Aku tidak mengerti bagaimana cara ingatan itu sampai pada jiwaku. Prosesnya sama dengan bagaimana otak membentuk sebuah ingatan. Tapi, kekuatan dan bentuknya benar-benar berbeda. Kata sahabatku, Jeib -dia senang memperhatikan perilaku manusia tanpa jiwa istimewa, manusia seharusnya tidak mengingat bagaimana dia terbentuk, tapi aku ingat. Menurutnya, itu karena proses tersebut benar-benar telah menyentuh jiwaku jadi ingatan itu melekat di sana.
Jeib adalah sahabatku yang diciptakan Tuhan untuk selau menemaniku, dalam bahasa manusia bisa dikatakan dia adalah pendamping. Kau tak mungkin bisa melihatnya, dia menempati salah satu ceruk di dalam hatiku, dia berbica padaku melalui sel-sel tubuhku yang kemudian diterjemakan oleh otakku. Sebelum memejamkam mata, aku senang mengobrol dengannya. Mendiskusikan perasaan. Baiklah, aku akan memakai bahasa yang lebih sederhana, aku curhat dengannya, soal perasaanku. Kini aku manusia, jadi segala sesuatu yang seharusnya melekat pada manusia juga melekat padaku. Sedari bayi, aku dikenalkan dengan beberapa jenis 'perasaan' dasar, yang kemudian berkembang dan menjadi beraneka ragam. Saat aku menulis ini, aku sedang payah menghadapi perasaanku.
*to be continue

Komentar

Postingan Populer