Calm down, my mind - 1


Pernah nggak si kalian merasa tersungkur, dan jatuh, lalu tenggelam, dan teruuusss tersungkur hingga sesak, hanya karena hal sepele? Pikiran sedang kacau, perasaan sedang kalut, dan akhirnya yang muncul di kepala kalian mengenai segala sesuatu hanyalah "prasangka".

Yup, semalam aku mengalaminya. Ketika aku tiba-tiba menyadari teman baikku memposting hal-hal yang berkaitan dengan "dream and go abroad" secara berturut, segala bentuk prasangka mengacaukan kelogisanku dalam seketika. Sudah hati dirundung sebal karena etos kerja yang mulai terasa mnyebalkan, otak frustasi dengan naskah akhir yang tak kunjung tersusun rapi, dan galau-gundah-gulana yang timbul oleh sebab lain dan bertumpuk-tumpuk, rasa terintimidasi tiba-tiba muncul seketika tanpa dapat dibendung.

Sebelumnya, I will let you know, aku saat ini adalah seorang pekerja tetap  yang mengikhlaskan dirinya menjadi kaki tangan terbawah dalam sebuah hierarki kepemerintahan, pekerjaan yang hanya diiidam-idamkan oleh sebagaian kecil masyarakat di Indonesia -namun sebagian besar masyarakat di desa. Ceritaku bisa sampai menjadi Mbak Sekrearis Desa termellow sejagad raya ini diawali dari ketidakmauan dan penolakkan yang kuat dari dasar egoku.

"Helloooo.. jadi sekdes? Kalian mau memblokir kesempatanku buat liat dunia yang luas dan keren ini? Aku masih muda, kalian mau bikin aku jadi perempuan yang nggak melek dunia dan nggak mempunyai pengalaman apa-apa? Negeri Sakura itu indah woy, pendidikan di barat patut kita contoh dan pelajari, dan orang-orang timur membutuhkan uluran tangan kita, don't you want me to see the otherside of this world?" Thats all was what my mind told me ketika Ayahku memberi aku tawaran untuk bergabung menjadi perangkat di desa tempat aku tinggal.

Tentu saja aku menolak mentah-mentah ide tidak masuk akal itu karena aku memiliki mimpi untuk diperjuangkan. Mimpiku sejak aku duduk di bangku kelas dua SMA, menginjakkan tanah di negeri sakura untuk menikmati berjalan di dalam kesibukkan sambil menghirup wangi teh hijau disepanjang hariiiii..... 💖💖💞💞💞

Tapi entah bagaimana riwayatnya, saat ini aku telah yakin bahwa mimpiku itu sebanding jika ditukar dengan sesuatu yang lebih kecil, sederhana, dan mungkin sangat sempit di mata kalian. Atas dasar entah apa, aku menyetujui tawaran yang diberikan Ayahku dan menandatangai semua berkas permohonan, lalu dengan sukarela melewati hari-hari penuh kebosanan dan ketakutan akan segala hal. 

Mengapa?
Tanpa sengaja aku melihat kesungguhan dalam doa-doa orang tuaku. Karena itu, secara perlahan keakuanku meluntur dan mengantarkanku pada titik kesadaran termurni; 
Sebagai satu-satunya buah hati, haruskah aku membiarkan orang tuaku menua sendirian?
Sebagai satu-satunya buah hati, haruskah aku segera pergi saat mereka memutuskan untuk mendapingiku?
Sebagai satu-satunya buah hati, bertahun-tahun aku berdiam menjadi tempat pulang bagi mereka. Dan saat mereka memutuskan untuk menetap disisiku, apakah tidak menyakitkan meminta mereka menjadi tempat aku pulang? Kebersamaan yang diidam-idamkan berpuluh tahun, apakah tidak masalah untuk menundanya terealisasi?

OKE. CUKUP.
Aku akan keluar dari zona zamanku.
Aku menetap di sini.

Komentar

Postingan Populer