#2 Ketika aku mulai mengeluh bosan..
“Ah,
lelah sekali rasanya hari ini” Ungkapku seraya meletakan tas tanganku dan
mendudukkan pantatku. Seperti biasa, jika kita sama-sama punya waktu kosong atau
setidaknya agak longgar, kita berjanji bertemu, di mana saja. Di depan kantor
aku bekerja, di rumahku, di Café , di mana saja. Tapi kali ini kita ada di
taman. Duduk lesehan di atas rumput berdua.
“Sini,
biar ku pijit” katamu.
“Apakah
kita hidup hanya untuk ini? Dulu kita harus sekolah dengan aktivitas yang
monoton, lalu bekerja setelah lulus dengan aktivitas yang monoton juga, bahkan
lebih dari monoton. Tidak bergerak. ” Kau terus memijit pundakku, tidak
memberikan komentar atas apa yang aku keluhkan.
“Apakah
menurutmu, hidup ini tidak membosankan? Bagiku semua ini sangat menjenuhkan. Aku
ingin berhenti sejenak dari aktivitas ku” keluhku lagi padamu.
“Tidak
Rei. Bagiku hidup ini sama sekali tidak membosankan. Bekerja, pulang,
merindukanmu sampai tertidur, bangun, kembali bekerja dan merindukanmu. Itu tidak
membosankan. Karena setidaknya masih ada satu kegiatan yang aku bahagia
menjalaninya.”
“Apa
itu?” aku mengubah posisi dudukku yang tadinya membelakangimu supaya kita bisa
mengobrol berhadap-hadapan.
“Merindukanmu”
katamu. Aku tersenyum mendengar jawabanmu. Lalu tertunduk dengan terus mengulum senyum.
“Merindukanmu
memang menyesakkan Rei, tapi itulah yang membuatku bahagia. Semakin rindu
mengisi hatiku hingga sesak, maka ketika ada hari di mana kita bisa berjumpa, rasanya
akan bahagia sekali. Dalam satu hari Rei, selalu ada rindu untukmu yang mengisi
di antara celah-celah aktivitas membosankanku, jadi itu sangat mengobatiku dari
rasa bosan. Merindukanmu.”
Aku tak kuasa lagi untuk tidak melingkarkan tanganku pada lehermu. Memelukmu sambil berbisik terimakasih. Terimakasih telah merindukanku.
Aku tak kuasa lagi untuk tidak melingkarkan tanganku pada lehermu. Memelukmu sambil berbisik terimakasih. Terimakasih telah merindukanku.
Taukah
kau, aku pun sama, selalu merindukanmu. Tapi aku selalu gagal mencari cara
untuk menenangkan hatiku yang rindu.
Komentar