#3 Membahas tentang rindu



                “Aku selalu merindukanmu. Seberapa sering kau merindukanku?” Tanyamu sambil mengubah posisi tidurmu. Sudah setengah jam kita berada di lapangan ini, di bawah sebuah pohon ketapang, telentang berdua menunggu sore.
                “Aku merindukanmu setiap mendengar detik jarum jam bergerak. Itu seperti peringatan bagiku. Membuatku mengingat bahwa waktu masih lama berlalu, berarti bertemu denganmu juga masih akan lama. Lalu aku merasa cemas saat itu juga. Apaah aku terlalu berlebihan? Ah, aku memang tak pandai memendam rindu.”
                “Kenapa kau merasa cemas?” kau bertanya dengan wajah terkejut tapi tetap tenang.
                “ya. Aku cemas karena harus memikirkan cara apa yang harus aku gunakan untuk menahan rindu ini.” Lalu kamu menggenggam tanganku seraya berkata,
                “jangan cemas. Percayalah, aku ada sangat dekat di hatimu. Kau tak perlu cemas. Kenapa kau ingin memiliki cara untuk mengusir rasa rindumu Rei? Biarkan saja, karena saat kau rindu, saat itulah kau menyadari, masih ada aku, aku ada di hatimu. Jadi jangan cemas.” Aku tersenyum mendengar jawabanmu.
                “bagaimana saat kau merindukanku?” tanyaku.
                “hanya satu hal yang ku lakukan, aku akan mengingat cara kamu menangis, karena jika aku mengingat senyummu, akan susah sekali mengusirmu dari pikiranku. Kau jangan marah karena aku jarang sekali berusaha mengingat senyummu, itu sudah melekat di otakku, tak perlu di ingat-ingat lagi bukan?”  Aku tertawa mendengar jawabanmu.
Ah, aku pasti akan sangat malu ketika tahu kau sedang merindukanku, karena kau akan mengingat wajah burukku ketika menangis.
Tuhan, kenapa tidak ada hari dimana Kau biarkan aku untuk tidak merindukannya?

Komentar

Postingan Populer