#1 Aku Baik-Baik Saja


“bukankah sudah ku katakana, kau jangan lupa pipis!” Kau menegurku dan secara tiba-tiba menghentikan laju sepeda motormu lalu memandang ke arahku.
                “Aku tidak akan lupa lagi setelah ini. Sekarang bawa aku ke tempat di mana ada toilet. Ayolah, tunda dulu peringatanmu. Aku sudah tak tahan.” Aku lalu mencubit pinggangmu. Kita berada di daerah pegunungan, jarang ada rumah penduduk.
                Setelah lima menit memacu motor, akhirnya nampak perumahan penduduk dan aku turun. Kamu menanyakan kepada Ibu-Ibu yang sedang bergerombol di depan sebuah rumah apakah aku bisa menumpang pipis. Dan aku diizinkan.
                “nah, sekarang, kau akan melanjutkan peringatanmu?” Tanganku melingkar dipinggangmu. Sekarang kamu menjalankan motormu dengan santai. Aku merasakan tangan kirimu mengelus tanganku. Menggenggamnya.
                “jangan lupa pipis.”
                “gitu aja?” tanyaku menggoda.
                “kau bahkan sudah hafal apa yang akan ku katakan bukan?”
                “ah, tidak. Yang aku ingat hanya kau jangan lupa pipis. Kau selalu menunda pipis. Kalau kau ngompol aku tidak peduli, kalau kau pingsan lagi aku takut, kau selalu menunda pipis!” aku melafalkan dengan intonasi dan gaya bicaramu. Persis sama. Lalu aku tertawa.
                “itu hafal.”
                “hahah, memang kenapa takut kalau aku pingsan? Kau ini seorang suster, kau seharusnya tahu cara menyadarkanku.” Aku memelukmu semakin erat. Udara di sini sangat dingin. Padahal jaket dan sarung tangan sudah ku kenakan.
                “aku panik akan terjadi sesuatu yang mengerikan denganmu”
                “kau selalu berfikir negatif. Aku baik-baik saja. Bahkan aku akan selalu baik-baik saja jika bersamamu”
Aku akan baik-baik saja, percayalah. Tapi jangan pergi dari sisiku. Jika kau pergi, aku tidak tahu apakah aku akan tetap baik-baik saja atau tidak.

Komentar

Postingan Populer